'
JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berkepanjangan bikin sebagian langit di Sumatera memerah. Media asing turut menyorotinya seraya menyebut-nyebut neraka.
Dilansir CNN, Rabu (25/9/2019), kabut merah menyelimuti provinsi Indonesia saat kebakaran hutan dan kabut asap memburuk. Itulah keadaan langit Jambi karena kabut beracun dan dianggap mempengaruhi penduduk di seluruh negeri.
"Is That Hell? Indonesia s Skies Turn Blood Red Due To Forest Fires," tulis Mashable.
Artinya kira-kira adalah "apakah ini neraka? Langit Indonesia memerah karena kebakaran hutan."
"Forest Fires Cause Skies In Indonesia To Turn A Hellish Red," kata iflscience.com.
Maknanya dapat diterjemahkan sebagai "api karhutla membuat langit Indonesia jadi kemerahan bagaikan neraka.
Sedangkan media Inggris Daily Mail menjuduli sebuah artikelnya, "Hellish red skies cover parts of Indonesia as the country is gripped by haze and smog caused by huge forest fires. Dapat diterjamahan sebagai "Langit merah bagaikan neraka menaungi sebagian langit Indonesia pada saat negara itu dilanda kabut asap akibat kebakaran hutan".
Video dan gambar yang beredar di media sosial menunjukkan desa-desa dan jalan raya sepenuhnya diselimuti oleh kabut merah menakutkan di tengah hari hingga awal pekan ini. Lebih dari 328.000 hektar (sekitar 800.000 hektar) lahan yang kaya secara ekologis telah terbakar di seluruh Indonesia dalam beberapa minggu terakhir.
Karhutla telah memaksa ratusan penduduk untuk mengungsi dan lebih dari 9.000 personil digerakkan untuk memerangi api. Langit merah yang tampak mengerikan itu disebabkan fenomena yang disebut Mie scattering atau hamburan Mie, yaitu hamburan cahaya oleh partikel yang ukurannya sama dengan panjang gelombang cahaya.
Kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, warna langit merah kekuningan itu disebabkan tebalnya asap sehingga cahaya Matahari tidak bisa seluruhnya menembus asap. Ia menduga cuma gelombang panjang (kuning dan merah) yang bisa menembusnya, lalu dihamburkan oleh partikel-partikel asap, sehingga langit terlihat berwarna merah kekuningan.
Thomas mengatakan fenomena ini juga bisa disebut Mie scattering atau hamburan Mie, yaitu hamburan cahaya oleh partikel yang ukurannya sama dengan panjang gelombang cahayanya.
Dalam laporan lebih lanjut, asap juga berdampak pada negara-negara tetangga, termasuk Malaysia dan Singapura. Pemerintah Malaysia telah mendistribusikan sekitar dua juta masker kepada siswa di daerah yang terkena dampak.
Aparat Indonesia mengatakan bahwa mayoritas kebakaran hutan disebabkan oleh faktor manusia. Menurut Polri, hampir 200 orang telah ditangkap karena dugaan keterlibatan mereka dalam kebakaran ini.
Kebakaran dan kabut asap merupakan masalah yang terus-menerus terjadi selama musim kemarau. Pembersihan lahan dengan cara membakar adalah untuk keperluan pertanian dan selama sekitar dua dasawarsa, perkebunan kertas dan kelapa sawit besar telah menggarap lahan gambut di sepanjang pantai Sumatra dan Kalimantan. Denda ratusan juta dan hukuman bertahun-tahun tak juga membuat jera. Api kebakaran hutan terus berkobar.*
Pj Bupati Kampar Minta Patuhi Adab dan Ajang Jalin Silaturahmi Rabu, 17 April 2024 | 11:38:00 WIB |
Pj Bupati Kampar dan Plh Sekda Ikuti Rangkaian Perayaan Hari Rayo Onam dan Ziarah Kubur Tahun 2024 Rabu, 17 April 2024 | 07:35:00 WIB |
Tragis,Suami Tega Tikam Istrinya Sampai Meregang Nyawa Selasa, 16 April 2024 | 16:55:00 WIB |
Puncak Arus Balik Lebaran, Semua Loket Pintu Tol Dibuka Minggu, 14 April 2024 | 13:04:00 WIB |
Dua Polling Pilkada Siak, Afni Berada Diposisi Pertama Minggu, 14 April 2024 | 10:22:43 WIB |
Arus Balik Lebaran Meningkat, 154 Penerbangan Beroperasi di Bandara SSK II Pekanbaru Sabtu, 13 April 2024 | 15:06:00 WIB |
Libur Lebaran, Riau Terpantau Nihil Karhutla Sabtu, 13 April 2024 | 14:00:00 WIB |
Penyeberangan Dumai-Rupat Padat, Akibatnya Antrian Panjang Jumat, 12 April 2024 | 07:54:00 WIB |
Kiprah PHR Tingkatkan Produksi Energi Negeri di Hari nan Fitri Rabu, 10 April 2024 | 17:35:00 WIB |
Kemenag Gelar Pemantauan Hilal Awal Syawal 1445 H di 120 Lokasi Selasa, 9 April 2024 | 20:19:00 WIB |
Arus Balik Lebaran Meningkat, 154 Penerbangan Beroperasi di Bandara SSK II Pekanbaru Sabtu, 13 April 2024 | 15:06:00 WIB |
Libur Lebaran, Riau Terpantau Nihil Karhutla Sabtu, 13 April 2024 | 14:00:00 WIB |
Penyeberangan Dumai-Rupat Padat, Akibatnya Antrian Panjang Jumat, 12 April 2024 | 07:54:00 WIB |
Kiprah PHR Tingkatkan Produksi Energi Negeri di Hari nan Fitri Rabu, 10 April 2024 | 17:35:00 WIB |
Kemenag Gelar Pemantauan Hilal Awal Syawal 1445 H di 120 Lokasi Selasa, 9 April 2024 | 20:19:00 WIB |
Buka Posko Pengaduan, 22 Aduan Terkait THR Diterima Disnakertrans Riau Selasa, 9 April 2024 | 13:10:00 WIB |
Bayi Gajah Betina Lahir Pusat Konservasi Gajah (PKG) Sebanga Senin, 8 April 2024 | 12:15:00 WIB |
Tuduhan Pemotongan Dana UKW dari BUMN, Sekjen PWI Pusat Klarifikasi Minggu, 7 April 2024 | 12:21:00 WIB |
Ketua DK PWI Tegaskan Bantuan UKW dari BUMN Jangan Ada Pemotongan Fee Sabtu, 6 April 2024 | 20:05:00 WIB |
Energi Kebersamaan, PHR Donasikan Sejumlah Alkes untuk Puskesmas di Rumbai Sabtu, 6 April 2024 | 17:55:00 WIB |
Unggul dari Caleg Partai Nasdem Lain Untuk DPRD Riau, Ini Kata Munawar Syahputra Sabtu, 17 Februari 2024 | 23:03:59 WIB |
Gantikan Amyurlis, Abdi Saragih Resmi Dilantik Jadi PAW Anggota DPRD Riau Senin, 20 November 2023 | 13:35:00 WIB |
Wujudkan Kesejahteraan Petani Sawit, Pemerintah Berikan Program Strategis Senin, 6 November 2023 | 14:01:00 WIB |
Anis Fauzan SH, Merangkai Ikatan Batin, Pilih Maju di Dapil Daerah Kelahiran Senin, 26 Juni 2023 | 19:23:05 WIB |
Andi Putra Dipercaya Pimpin KPU Kampar Periode 2024-2029 Minggu, 24 Maret 2024 | 23:42:06 WIB |
Ketua Bawaslu Kabupaten Kampar Syawir Abdullah Ucapkan Selamat Minggu, 24 Maret 2024 | 23:38:44 WIB |
Lima Komisioner KPU Kampar Dilantik Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari Minggu, 24 Maret 2024 | 22:34:00 WIB |
Rencana Jabatan ASN Diisi Anggota TNI/Polri Menuai Kritikan Kamis, 14 Maret 2024 | 22:03:36 WIB |
Kiprah PHR Tingkatkan Produksi Energi Negeri di Hari nan Fitri Rabu, 10 April 2024 | 17:35:00 WIB |
Energi Kebersamaan, PHR Donasikan Sejumlah Alkes untuk Puskesmas di Rumbai Sabtu, 6 April 2024 | 17:55:00 WIB |
Solidaritas dan Kepedulian, Rumah BUMN Riau Salurkan Bantuan Kepada Anak Yatim Kamis, 4 April 2024 | 10:19:00 WIB |
Harga Pinang Kering di Riau Minggu Ini Dihargai Rp4.400 per Kg Rabu, 3 April 2024 | 13:42:00 WIB |
Tragis,Suami Tega Tikam Istrinya Sampai Meregang Nyawa Selasa, 16 April 2024 | 16:55:00 WIB |
Tragedi Berdarah Panen Sawit di Terantang, Parijon Masuk RS, Aditya Melarikan Diri Minggu, 31 Maret 2024 | 05:02:00 WIB |
Cegah Kecurangan, Polisi di Pekanbaru Cek Meteran di SPBU Sabtu, 30 Maret 2024 | 05:29:00 WIB |
Sidang Pembuktian Selesai, Ini Bentuk Sinergitas Atas Kinerja Gakkumdu Kampar Rabu, 27 Maret 2024 | 22:45:00 WIB |
Tuduhan Pemotongan Dana UKW dari BUMN, Sekjen PWI Pusat Klarifikasi Minggu, 7 April 2024 | 12:21:00 WIB |
Ketua DK PWI Tegaskan Bantuan UKW dari BUMN Jangan Ada Pemotongan Fee Sabtu, 6 April 2024 | 20:05:00 WIB |
PWI Pusat Lanjutkan Program UKW Gratis PWI se-Indonesia Rabu, 3 April 2024 | 23:50:43 WIB |
Hari Ini, Batas Lapor SPT, Jika Telat Ini Ancaman Hukuman Minggu, 31 Maret 2024 | 21:41:46 WIB |
Nissan Hyper Urban: Bintang Utama di Japan Mobility Show Rabu, 4 Oktober 2023 | 09:14:43 WIB |
Patahan Rangka eSAF Motor Honda Menjadi Perbincangan, AHM Sedang Lakukan Investigasi Rabu, 23 Agustus 2023 | 20:00:17 WIB |
Astra Honda Motor Belum Mau Lakukan Recall Rabu, 23 Agustus 2023 | 19:49:24 WIB |
Selamat Jalan Marco Simoncelli si Gladiator Lintasan Minggu, 13 Agustus 2023 | 19:59:18 WIB |
Pj Bupati Kampar Minta Patuhi Adab dan Ajang Jalin Silaturahmi Rabu, 17 April 2024 | 11:38:00 WIB |
Pj Bupati Kampar dan Plh Sekda Ikuti Rangkaian Perayaan Hari Rayo Onam dan Ziarah Kubur Tahun 2024 Rabu, 17 April 2024 | 07:35:00 WIB |
Dua Polling Pilkada Siak, Afni Berada Diposisi Pertama Minggu, 14 April 2024 | 10:22:43 WIB |
Nasib Guru Tak Jelas Honor 3 Bulan, Miris Hari Raya Idul Fitri Harus Gigit Jari Jumat, 5 April 2024 | 23:52:49 WIB |
Hari Ini Terakhir Bank RiauKepri Melayani Nasabah, BPKAD dan Disdik Kampar Tidak Ada Respon Jumat, 5 April 2024 | 18:09:00 WIB |
10 Tips Aman Meninggalkan Rumah Minggu, 9 April 2023 | 13:16:17 WIB |
Nyeri Tubuh, Bisa Sinyal Gejala Kolesterol Tinggi Sabtu, 7 Januari 2023 | 20:56:54 WIB |
Besok, Gubernur Riau Rencanakan Buka Bimtek SMSI Riau Terkait Pergubri 19 Tahun 2021 Rabu, 30 November 2022 | 19:41:23 WIB |
Anak Kecanduan Game Online? Ini Solusinya Jumat, 4 November 2022 | 20:42:29 WIB |
JAKARTA - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) berkepanjangan bikin sebagian langit di Sumatera memerah. Media asing turut menyorotinya seraya menyebut-nyebut neraka.
Dilansir CNN, Rabu (25/9/2019), kabut merah menyelimuti provinsi Indonesia saat kebakaran hutan dan kabut asap memburuk. Itulah keadaan langit Jambi karena kabut beracun dan dianggap mempengaruhi penduduk di seluruh negeri.
"Is That Hell? Indonesia s Skies Turn Blood Red Due To Forest Fires," tulis Mashable.
Artinya kira-kira adalah "apakah ini neraka? Langit Indonesia memerah karena kebakaran hutan."
"Forest Fires Cause Skies In Indonesia To Turn A Hellish Red," kata iflscience.com.
Maknanya dapat diterjemahkan sebagai "api karhutla membuat langit Indonesia jadi kemerahan bagaikan neraka.
Sedangkan media Inggris Daily Mail menjuduli sebuah artikelnya, "Hellish red skies cover parts of Indonesia as the country is gripped by haze and smog caused by huge forest fires. Dapat diterjamahan sebagai "Langit merah bagaikan neraka menaungi sebagian langit Indonesia pada saat negara itu dilanda kabut asap akibat kebakaran hutan".
Video dan gambar yang beredar di media sosial menunjukkan desa-desa dan jalan raya sepenuhnya diselimuti oleh kabut merah menakutkan di tengah hari hingga awal pekan ini. Lebih dari 328.000 hektar (sekitar 800.000 hektar) lahan yang kaya secara ekologis telah terbakar di seluruh Indonesia dalam beberapa minggu terakhir.
Karhutla telah memaksa ratusan penduduk untuk mengungsi dan lebih dari 9.000 personil digerakkan untuk memerangi api. Langit merah yang tampak mengerikan itu disebabkan fenomena yang disebut Mie scattering atau hamburan Mie, yaitu hamburan cahaya oleh partikel yang ukurannya sama dengan panjang gelombang cahaya.
Kata Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin, warna langit merah kekuningan itu disebabkan tebalnya asap sehingga cahaya Matahari tidak bisa seluruhnya menembus asap. Ia menduga cuma gelombang panjang (kuning dan merah) yang bisa menembusnya, lalu dihamburkan oleh partikel-partikel asap, sehingga langit terlihat berwarna merah kekuningan.
Thomas mengatakan fenomena ini juga bisa disebut Mie scattering atau hamburan Mie, yaitu hamburan cahaya oleh partikel yang ukurannya sama dengan panjang gelombang cahayanya.
Dalam laporan lebih lanjut, asap juga berdampak pada negara-negara tetangga, termasuk Malaysia dan Singapura. Pemerintah Malaysia telah mendistribusikan sekitar dua juta masker kepada siswa di daerah yang terkena dampak.
Aparat Indonesia mengatakan bahwa mayoritas kebakaran hutan disebabkan oleh faktor manusia. Menurut Polri, hampir 200 orang telah ditangkap karena dugaan keterlibatan mereka dalam kebakaran ini.
Kebakaran dan kabut asap merupakan masalah yang terus-menerus terjadi selama musim kemarau. Pembersihan lahan dengan cara membakar adalah untuk keperluan pertanian dan selama sekitar dua dasawarsa, perkebunan kertas dan kelapa sawit besar telah menggarap lahan gambut di sepanjang pantai Sumatra dan Kalimantan. Denda ratusan juta dan hukuman bertahun-tahun tak juga membuat jera. Api kebakaran hutan terus berkobar.*