'
17 Rabiul Awwal 1445 H | Senin, 2 Oktober 2023
609 Titik Panas Terpantau di Sumatra
BMKG: Kualitas Udara di Padang Menurun
nusantara | Senin, 4 September 2023 | 22:45:00 WIB
Editor : Putrajaya | Penulis : Febrian Fachri
Kabut asap menyelimuti kota Padang, Sumatera Barat. BMKG menyebutkan, kualitas udara di kota mengalami penurunan. [Foto: Antara]

PADANG - Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru Yasir Prayuna mengatakan pada Senin (49/2023) tercatat sebanyak 609 titik panas terpantau di Pulau Sumatra. Menurut Yasir, meskipun terjadi penurunan dibanding hari kemarin, jumlah ini masih termasuk tinggi dan memerlukan perhatian serius.

"Dalam data ini, Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi wilayah dengan jumlah titik panas terbanyak, mencapai 343 titik panas," kata Yasir Prayuna, Senin (4/9/2023).

Selain itu, ada beberapa provinsi lainnya yang juga masih rentan dan perlu waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) karena muncul hotspot di wilayahnya. Yakni Lampung terpantau muncul 81 titik panas, Jambi 69 titik, Bangka Belitung 67 titik, Sumatera Barat 19 titik, Bengkulu 17 titik, Kepulauan Riau 3 titik, dan Riau 10 titik.

"Di Riau muncul 10 titik panas yang tersebar di beberapa wilayah, termasuk Kampar 2 titik, serta Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir masing-masing dengan 4 titik panas," ucap Yasir.
 
Ia berharap baik itu pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat waspada dan meningkatkan upaya-upaya pencegahan serta penanggulangan karhutla, mengingat masih ada titik panas yang terpantau di wilayah mereka.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi mengatakan, pihaknya mendeteksi ada lima titik api di perbatasan Kabupaten Pesisir Selatan dan Provinsi Bengkulu. Hal itu menurut Yozawardi terdeteksi melalui Sistem Informasi Deteksi Dini Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang Berbasis Aplikasi dan Web (SiPongi). 

SiPongi yang dikembangkan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK merupakan rujukan utama informasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia. Informasi Sipongi menjadi dasar untuk mencegah terjadinya karhutla melalui deteksi dini hotspot/titik panas, serta menjadi sumber informasi paling valid untuk ditindaklanjuti.

"Ada lima titik api di Pessel. Satu terkonfirmasi," kata Yozawardi.

Ia menyebut besok, Selasa (5/9/2023) akan ada tim Dinas Kehutanan Sumbar yang akan turun ke lapangan untuk memantau dan memastikan titik panas yang terdeteksi SiPongi. Yozawardi tidak mau memastikan titik panas yang terdeteksi oleh Dinas Kehutanan tersebut adalah kebakaran hutan dan lahan yang kini menyebabkan penurunan kualitas udara di Kota Padang dan sekitarnya.

"Yang jelas dalam seminggu terakhir, tidak ada titik api yang terpantau menjadi kebakaran di Sumbar. Baru hari ini terkonfirmasi terjadi di Pessel. Itupun belum akan mempengaruhi Sumbar secara umum. Kita juga belum bisa memastikan apakah menurunnya kualitas udara di Padang hari ini berasal dari asap kiriman karhutla provinsi tetangga," ucap Yozawardi.

Kemarin diberitakan berdasarkan data Stasiun AQMS di Padang, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Kota Padang berada di kategori sedang. Tercatat parameter kualitas udara di angka PM2,5 sejak tanggal 30 Agustus 2023.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang Mairizon mengatakan, jika melihat trend nilai ISPU untuk parameter PM10 dan PM2.5 (partikel debu ukuran 10 dan 2.5 mikrometer), terlihat sedikit peningkatan trend nilai ISPU sejak tanggal 1 Agustus 2023 dibandingkan tanggal 31 Agustus 2023.

"Hal ini berarti ada sedikit penurunan kualitas udara di Kota Padang khususnya terkait parameter partikulat atau debu," ucap Mairizon.

Menurut Mairizon, partikel debu ini dapat bersumber dari kebakaran hutan dan lahan yang berasal dari kota tetangga. Kegiatan membakar sampah di rumah atau jerami di pertanian, dan kendaraan di jalan raya, menurut dia juga menjadi pemicu.

"Untuk mengatasi dampak mulai terjadinya penurunan kualitas udara sebaiknya masyarakat memakai masker," ujar Mairizon.

Sumber: Republika

Index
Warga Komplek Akhirnya Pasang Kawat Berduri  
Minggu, 1 Oktober 2023 | 21:45:18 WIB
Industri Hulu Migas Dukung Program Inisiatif Rendah Karbon
Jumat, 29 September 2023 | 19:25:00 WIB
PHR Edukasi Pelajar di Minas Berkendara Aman dan Selamat
Selasa, 26 September 2023 | 14:56:00 WIB
Pertamina Hulu Rokan Raih Penghargaan Bergengsi di IOG 2023
Jumat, 22 September 2023 | 18:37:39 WIB
Video
Pertamina Hulu Rokan Raih Penghargaan Bergengsi di IOG 2023
Jumat, 22 September 2023 | 18:37:39 WIB
Pekerja Jaringan Kabel Wifi Diusir Warga Perumahan
Kamis, 21 September 2023 | 23:02:44 WIB
Harga Bokar di Riau, Per 21 September 2023 Stabil 
Kamis, 21 September 2023 | 14:59:00 WIB
wajah
Politikus
Politik
545 Daerah Terancam tak Miliki Pemimpin
Kamis, 21 September 2023 | 09:41:59 WIB
Pasar
Industri Hulu Migas Dukung Program Inisiatif Rendah Karbon
Jumat, 29 September 2023 | 19:25:00 WIB
PHR Edukasi Pelajar di Minas Berkendara Aman dan Selamat
Selasa, 26 September 2023 | 14:56:00 WIB
Pertamina Hulu Rokan Raih Penghargaan Bergengsi di IOG 2023
Jumat, 22 September 2023 | 18:37:39 WIB
Hukum
Tujuh Dosen UIN Suska Riau Bantah Pernyataan Rektor

Rabu, 20 September 2023 | 20:00:00 WIB
Walhi Sindir Hakim Mahkamah Agung 'Baik Hati'

Rabu, 20 September 2023 | 18:03:42 WIB
Nusantara
PWI Riau Boyong 114 Wartawan ke Kongres PWI XXI di Bandung

Kamis, 21 September 2023 | 08:11:39 WIB
Kemensetneg dan Setkab Buka Seleksi Calon PPPK 2023

Rabu, 20 September 2023 | 14:24:00 WIB
Otomotif
Astra Honda Motor Belum Mau Lakukan Recall 

Rabu, 23 Agustus 2023 | 19:49:24 WIB
Selamat Jalan Marco Simoncelli si Gladiator Lintasan

Minggu, 13 Agustus 2023 | 19:59:18 WIB
Daihatsu Belum Pasarkan Mobil Listrik

Jumat, 7 Juli 2023 | 20:12:00 WIB
Zona riau
Warga Komplek Akhirnya Pasang Kawat Berduri  

Minggu, 1 Oktober 2023 | 21:45:18 WIB
Pekerja Jaringan Kabel Wifi Diusir Warga Perumahan

Kamis, 21 September 2023 | 23:02:44 WIB
Bupati Zukri Buka Turnamen Simpang Beringin Cup 2023

Minggu, 17 September 2023 | 15:02:00 WIB

Inspiratif
10 Tips Aman Meninggalkan Rumah 

Minggu, 9 April 2023 | 13:16:17 WIB
Nyeri Tubuh, Bisa Sinyal Gejala Kolesterol Tinggi

Sabtu, 7 Januari 2023 | 20:56:54 WIB
Anak Kecanduan Game Online? Ini Solusinya

Jumat, 4 November 2022 | 20:42:29 WIB
wanita
Hadirkan 9 Tanaman yang Dibenci Nyamuk di Musim Hujan

Minggu, 26 Februari 2023 | 09:45:11 WIB
Madu, Satu dari 8 Obat Alami Membersihkan Paru-paru

Minggu, 26 Februari 2023 | 09:22:43 WIB
Awas, Kolesterol Tinggi Bisa Membunuh Diam-diam

Kamis, 15 Desember 2022 | 20:29:26 WIB
Skrining Kanker Payudara Bagi Wanita Itu Penting

Sabtu, 29 Oktober 2022 | 14:58:54 WIB

Popular
Wajah

Politikus
Politik
Pasar
Hukum
Nusantara
Otomotif
609 Titik Panas Terpantau di Sumatra
BMKG: Kualitas Udara di Padang Menurun
nusantara | Senin, 4 September 2023 | 22:45:00 WIB
Editor : Putrajaya | Penulis : Febrian Fachri
Kabut asap menyelimuti kota Padang, Sumatera Barat. BMKG menyebutkan, kualitas udara di kota mengalami penurunan. [Foto: Antara]
Popular

PADANG - Forecaster Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru Yasir Prayuna mengatakan pada Senin (49/2023) tercatat sebanyak 609 titik panas terpantau di Pulau Sumatra. Menurut Yasir, meskipun terjadi penurunan dibanding hari kemarin, jumlah ini masih termasuk tinggi dan memerlukan perhatian serius.

"Dalam data ini, Sumatera Selatan (Sumsel) menjadi wilayah dengan jumlah titik panas terbanyak, mencapai 343 titik panas," kata Yasir Prayuna, Senin (4/9/2023).

Selain itu, ada beberapa provinsi lainnya yang juga masih rentan dan perlu waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) karena muncul hotspot di wilayahnya. Yakni Lampung terpantau muncul 81 titik panas, Jambi 69 titik, Bangka Belitung 67 titik, Sumatera Barat 19 titik, Bengkulu 17 titik, Kepulauan Riau 3 titik, dan Riau 10 titik.

"Di Riau muncul 10 titik panas yang tersebar di beberapa wilayah, termasuk Kampar 2 titik, serta Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir masing-masing dengan 4 titik panas," ucap Yasir.
 
Ia berharap baik itu pemerintah, lembaga terkait, dan masyarakat waspada dan meningkatkan upaya-upaya pencegahan serta penanggulangan karhutla, mengingat masih ada titik panas yang terpantau di wilayah mereka.

Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi mengatakan, pihaknya mendeteksi ada lima titik api di perbatasan Kabupaten Pesisir Selatan dan Provinsi Bengkulu. Hal itu menurut Yozawardi terdeteksi melalui Sistem Informasi Deteksi Dini Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang Berbasis Aplikasi dan Web (SiPongi). 

SiPongi yang dikembangkan Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) KLHK merupakan rujukan utama informasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia. Informasi Sipongi menjadi dasar untuk mencegah terjadinya karhutla melalui deteksi dini hotspot/titik panas, serta menjadi sumber informasi paling valid untuk ditindaklanjuti.

"Ada lima titik api di Pessel. Satu terkonfirmasi," kata Yozawardi.

Ia menyebut besok, Selasa (5/9/2023) akan ada tim Dinas Kehutanan Sumbar yang akan turun ke lapangan untuk memantau dan memastikan titik panas yang terdeteksi SiPongi. Yozawardi tidak mau memastikan titik panas yang terdeteksi oleh Dinas Kehutanan tersebut adalah kebakaran hutan dan lahan yang kini menyebabkan penurunan kualitas udara di Kota Padang dan sekitarnya.

"Yang jelas dalam seminggu terakhir, tidak ada titik api yang terpantau menjadi kebakaran di Sumbar. Baru hari ini terkonfirmasi terjadi di Pessel. Itupun belum akan mempengaruhi Sumbar secara umum. Kita juga belum bisa memastikan apakah menurunnya kualitas udara di Padang hari ini berasal dari asap kiriman karhutla provinsi tetangga," ucap Yozawardi.

Kemarin diberitakan berdasarkan data Stasiun AQMS di Padang, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) Kota Padang berada di kategori sedang. Tercatat parameter kualitas udara di angka PM2,5 sejak tanggal 30 Agustus 2023.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang Mairizon mengatakan, jika melihat trend nilai ISPU untuk parameter PM10 dan PM2.5 (partikel debu ukuran 10 dan 2.5 mikrometer), terlihat sedikit peningkatan trend nilai ISPU sejak tanggal 1 Agustus 2023 dibandingkan tanggal 31 Agustus 2023.

"Hal ini berarti ada sedikit penurunan kualitas udara di Kota Padang khususnya terkait parameter partikulat atau debu," ucap Mairizon.

Menurut Mairizon, partikel debu ini dapat bersumber dari kebakaran hutan dan lahan yang berasal dari kota tetangga. Kegiatan membakar sampah di rumah atau jerami di pertanian, dan kendaraan di jalan raya, menurut dia juga menjadi pemicu.

"Untuk mengatasi dampak mulai terjadinya penurunan kualitas udara sebaiknya masyarakat memakai masker," ujar Mairizon.

Sumber: Republika


ARTIKEL LAIN
Warga komplek perumahan Palam Regensi di Kelurahan Purwodadi, Pekanbaru, akhirnya memasang kawat.
Minggu, 1 Oktober 2023 | 21:45:18 WIB
Industri hulu migas memegang teguh lima pilar PPM, yakni Program Sosial Ekonomi, Pendidikan,.
Jumat, 29 September 2023 | 19:25:00 WIB
Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Riau (Pengmas Unri) bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata.
Jumat, 29 September 2023 | 11:56:00 WIB

Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), organisasi wartawan tertua dan terbesar di Republik ini,.

Rabu, 27 September 2023 | 07:44:00 WIB
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) WK Rokan menggelar kampanye keselamatan dan sosialisasi keamanan di.
Selasa, 26 September 2023 | 14:56:00 WIB
Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia lagi-lagi mengeluarkan pernyataan tidak berdasar..
Selasa, 26 September 2023 | 12:14:00 WIB
PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) kembali mengukir prestasi gemilang dalam dunia eksplorasi minyak dan.
Jumat, 22 September 2023 | 18:37:39 WIB
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir resmi mengangkat Letjen TNI (Mar) (Purn).
Jumat, 22 September 2023 | 18:12:37 WIB
Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.375 per dolar AS pada Jumat (22/9). Mata uang Garuda.
Jumat, 22 September 2023 | 18:05:24 WIB

Berkat tata kelola yang baik, kebun dan pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) Sontang PT. Andika.

Jumat, 22 September 2023 | 17:42:42 WIB

Subdit V Siber Polda Riau membongkar jaringan bandar judi online di Pekanbaru. Tak main-main,.

Jumat, 22 September 2023 | 13:02:00 WIB